Kamis, 21 Juli 2011

Eps.3 Kenapa Tri Tunggal hanya ada di Kristen..?

Tritunggal dalam Kekristenan
Episode 3

Pembawa Acara: Para penonton yang saya kasihi, selamat bergabung kembali dalam acara kami “Pertanyaan-Pertanyaan tentang Iman” Merupakan sebuah kehormatan buat kami disini kedatangan tamu Bapak Bpk. Zakaria Zakaria Botros. Selamat datang Pak.

Bpk. Zakaria: Terima kasih.

Pembawa Acara: Dalam 2 episode sebelumnya kita telah membicarakan tentang  Tritunggal dan bagaimanakah Kekristenan percaya pada satu Allah. Dan bahwa Tritunggal tidaklah bersekutu dengan allah yang lain atau percaya pada 3 allah. Kita akan lanjutkan diskusi ini dengan Bpk. Zakaria. Pertanyaan kita hari ini adalah Mengapa ajaran tentang Tritunggal yang dipercaya oleh orang-orang Kristen tidak ada di agama-agama lainnya? Apa pendapat anda tentang hal ini?

Bpk. Zakaria: Sebuah pertanyaan yang bagus. Hal ini melengkapi pertanyaan yang ada sebelumnya. Saya sudah menjelaskan hal ini, tapi mungkin ada banyak penonton yang tidak menyaksikan episode kita sebelumnya. Jadi saya pikir tidak apa-apa saya akan menjelaskannya lagi.  Yang penting buat saya adalah kebahagian seseorang dimanapun dia berada, sepanjang orang itu mengetahui kebenaran, karena Alkitab mengatakan,”Kamu harus mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu yang akan membebaskan kamu.” Inilah yang menjadi perhatian saya bahwa seseorang akan mengetahui kebenaran itu dan bahwa mungkin dia memiliki iman tersendiri dalam sesuatu yang dia yakini. Kami katakan bahwa konsep Tritunggal sudah ada berupa penyembahan berhala dari agama-agama palsu. Seperti contohnya tritunggal yang diakui oleh orang-orang Mesir berupa Isis, Osiris  and Horus. Tapi mereka ini adalah tritunggal yang salah dan ini bukanlah tritunggal yang kita anut.

Pembawa Acara: Apakah hal itu yang disebutkan dalam Al Qur’an, atau  ini hal yang berbeda.

Bpk. Zakaria: Saya pikir itu adalah hal yang berbeda. Kita tidak percaya pada tritunggal yang seperti itu sama sekali, dan saya pikir juga dalam Al Qur’an, bahwa saudara-saudara Muslim itu juga mengacu pada tritunggal yang salah, seperti yang dikatakan dalam Al Qur’an, bahwa tritunggal yang seperti itu melibatkan Tuhan yang memiliki hubungan dengan seorang istri. Jadi itu adalah jenis tritunggal yang salah. Kita telah membahas tentang sekte Mariamite yang dulu percaya pada dewi surga, dan mereka mengatakan bahwa allah kawin dengan dewi surga dan melahirkan seorang anak. Dan hal ini adalah ajaran yang salah. Jadi memang pikiran seperti ini sudah ada disana sejak jaman dulu, hanya manusia mengetahuinya berdasarkan intuisi  saja. Tapi hal itu mungkin telah diturunkan dari jaman Adam, karena Adam ingn tetap mempertahankan tritunggal itu, mungkin secara roh. Dan ketika Adam jatuh ke dalam dosa dan dipaksa untuk keluar dari taman Eden, hal itu menimbulkan pikiran yang membingungkan. Dan saat Adam menurunkannya pada  keturunannya, kebingungan itu makin bertambah, dan bukan mencoba menjabarkan atau mengungkapkan tritunggal yang sesungguhnya,  mereka malahan mulai menggambarkan tritunggal yang salah.  

Pembawa Acara: Mereka mulai menjabarkan secara duniawi dengan menggunakan bentuk fisik yang salah yang tidak ada hubungannya dengan keberadaan Allah.

Bpk. Zakaria: Dan konsep tritunggal yang salah itu mulai mengambil-alih. Tapi Kekristenan tidak mempercayainya sama sekali. Kekristenan mengatakan: bahwa Allah itu hanya satu, Dia berdiri sendiri. Tidak terbatas, dan Dia hidup melalui Roh-Nya. Dan hal-hal itu adalah merupakan sifat-sifat Tuhan  yang telah kita bahas waktu yang lalu. Inilah Tritunggal kita dan hal-hal lainnya itu adalah sifat-sifat pribadi Allah yang mendasar yang harus ada dalam diri Allah sendiri. Sekarang, apakah ada agama-agama lainnya yang percaya akan Tritunggal? Karena kenyataannya agama Islam percaya pada Tritunggal. Al Qur’an sendiri berbicara mengenai tritunggal dalam pengertian yang sama seperti yang dikatakan oleh orang-orang Nasrani.

Pembawa Acara: Tapi Pak Pendeta, tidak secara jelas khan?

Bpk. Zakaria :  Tidak secara jelas karena tidak ada yang mau mengerti akan hal itu.

Pembawa Acara: Ajaran itu tidak bisa kita sangkal; tapi orang-orang Muslim tidak bisa mencapai kebenaran ini.

Bpk. Zakaria : Hal itu ada disana, tapi orang-orang Muslim terus saja menghilangkan ayat-ayat itu.

Pembawa Acara: Benar sekali!

Bpk. Zakaria :  Ini berbicara tentang Tritunggal dan mereka focus pada ayat-ayatnya saja.

Pembawa Acara: Hal itu menguatkan kepercayaan mereka sendiri.

Bpk. Zakaria : Seperti contohnya di Surat 4 ayat 171 yang telah kita bahas dalam episode sebelumnya, disebutkan bahwa Sesungguhnya Al Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam dan ru dari-Nya. Jadi mereka itu berpusat hanya pada satu bagian dari ketiganya dan berkata: Benar bukan? Isa adalah seorang Pembawa kabar dari Allah.

Pembawa Acara: Tapi mereka menghilangkan bagian yang paling penting.

Bpk. Zakaria : Mereka mengambil dan memilih. Al Qur’an berbicara tentang Tritunggal yang kita anut dalam ayat ini. Isa adalah Firman Allah, Pernyataan Allah dan Roh Allah. Kita telah membicarakan tentang Shaqanqeery dan  tentang Ahmed Hegazy. Yang saya mau katakan sekarang adalah: bagaimana Isa itu adalah Firman Allah? Dan apakah Al Qur’an dengan lebih jelas memberikan pembuktian bahwa Isa adalah benar-benar Firman Allah? Dan dalam sikap seperti apakah Al Qur’an memberikan kesaksiannya? Disamping dari ayat dalam Surat 4

Pembawa Acara: Ini ada di ayat 171

Bpk. Zakaria : Di ayat 171. Selain itu ada juga di ayat lain dalam Surat 3 ayat ke 39, yang mengatakan “Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran Yahya, Yahya yang dimaksud di sini adalah Yohanes Pembabtis.

Pembawa Acara: Ini adalah pesan dari sudut pandang Zakaria

Bpk. Zakaria: Yahya yang membenarkan kalimat dari Allah – siapa yang akan menguatkan Kalimat dari Allah itu (atau Firman dari Allah). ”Jadi Yahya si  Pembabtis memang bermaksud  untuk menguatkan atau mempercayai kalimat dari Allah.  Apakah artinya itu?

Pembawa Acara:  Hal ini membutuhkan banyak sekali penjelasan.

Bpk. Zakaria: Seperti yang kamu ketahui bahwa kita tidak diperbolehkan untuk menjelaskan atau menafsirkan isi dari Al Qur’an; kita menghormati Al Qur’an dan kita juga menghargai para tapsiran kuno atau para  penterjemahnya. Dan kita tidak mempunyai hak untuk menterjemahkannya sendiri. Tapi dari dulu memang telah ada tafsiran atau penjelasan secara jelas tentang hal ini  yang telah disetujui, penafsir islam yang memang mempunyai hak untuk itu. Dan kita mengutip orang-orang itu, seperti contohnya; Imam Abu Al- Sa`udالامام ابو السعود . Apakah yang telah beliau katakan? Beliau mengatakan “Penenegasan atau untuk memperkuat firman Allah yang artinya adalah Firman ini adalah Isa sendiri, semoga damai sejahtera  besertamu.”

Pembawa acara: Tolong katakan pada kami mengacu dari manakah hal itu , supaya orang-orang muslim yang kita kasihi bisa mengacu pada buku –buku tersebut dan dan memeriksanya sendiri.

Bpk. Zakaria: Karena kita ingin orang-orang dapat membaca dan mengerti.

Pembawa acara: Kita ingin membuatnya lebih mudah bagi mereka untuk mengacu pada penjelasan-penjelasan tersebut.

Bpk. Zakaria:Ini ada dalam penjelasan dari Abu A-Sa`ud Mohamed Ibn Mohamed Al-3ammadyابو السعود محمد بن محمد العمادى  di halaman 233. Beliau mengatakan: Barangsiapa yang menegaskan Firman dari Allah yang adalah Isa sendiri, semoga damai sejahtera menyertainya. Karena Yahya si Pembabtis telah mengatakan untuk menjadi yang pertama untuk percaya dalam Dia dan untuk menegaskan bahwa Dia adalah sebuah Firman dari Allah. Penjelasan yang sama mengutip penjelasan yang telah ada terlebih dahulu dari  Al-Siddi السّدى- Ini adalah berasal dari referensi buku yang sama . Al-Siddi mengatakan bahwa Ibu dari Yahya telah bertemu dengan Ibunda Isa; hal ini juga telah diketahui dalam Alkitab. Ibunda Yahya mengatakan: “Oh Mariam, tahukah kamu bahwa aku sedang mengandung?” Mariam menjawab “Aku juga sedang mengandung.” –  permbicaraan biasa – Lalu Ibunda Yahya berkata pada Ibunda Isa – dan ini adalah bagian yang serius –Ibunda Yahya berkata kepada Ibunda Isa: “Aku mendapati bayi yang ada dalam kandunganku menyembah Anak yang dalam kandunganmu.” Penterjemahan atau maksudnya adalah: Siapakah yang akan menegaskan pernyataan dari Tuhan? Siapakah bayi yang ada di dalam perut Ibunda Yahya?

Pembawa Acara: Yohanes atau Yahya  يحيى

Bpk. Zakaria: Siapakah yang dia puja?

Pembawa Acara: Isa, Putera Mariam yang ada dalam perut ibunya.  Pak Bpk. Zakaria, tolong ulangi lagi bagian ini, referencinya dan namanya?

Bpk. Zakaria: Ini adalah penjelasan dari Abu Al-Sa`ud. Nama sesungguhnya adalah Mohamed Ebn Mohamed Al-3ammady ابو السعود محمد بن محمد العمادى yang ada di halaman 233. Penjelasan yang sama mengutip penjelasan dari pendahulunya yang bernama Al-Siddi السّدى- yang mengatakan: “Oh Mariam, apakah kau merasakan – atau mungkin maksudnya adalah apakah kamu telah mendengar tentang kehamilanku?” Lalu Mariam menjawab “Aku juga sedang mengandung.” –  Ibunda Yahya berkata: “Aku mendapati bayi yang ada dalam kandunganku menyembah Bayi yang ada dalam kandunganmu.” Menyembah adalah sebuah hak istimewa untuk Allah, betul begitu?

Pembawa acara: Hal ini telah ditegaskan dalam Al Qur’an

Bpk. Zakaria: Kita memang seharusnya menyembah hanya pada Allah dan bertekuk lutut hanya pada Dia.

Pembawa acara: Begitu juga di dalam Al Qur’an

Bpk. Zakaria: “Aku mendapati bayi yang ada dalam kandungku menyembah Bayi yang ada dalam kandunganmu.: Bagian ini versi Al Qur’an mengatakan:  “Siapa yang akan menegaskan sebuah pernyataan dari Tuhan.” Pernyataan yang mengatakan bahwa kamu akan menjadkn,i hamil.

Pembawa Acara: Saya pikir hal ini sudahlah sangat jelas.

Bpk. Zakaria:  Jelas?

Pembawa Acara: Ya, sangat jelas.

Bpk. Zakaria: Ada lagi, dalam Surat 3 ayat 45; ayat ini menerangkan dengan jelas siapakah Firman dari Allah itu. Dikatakan “ Ketika malaikat berkata : Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dari Nya, namaNya Al Masih ‘Isa putera  Maryam,” tentu saja disini tidak mungkin ada kesalahan secara tata bahasa dalam Al Qur’an.

Pembawa Acara: Orang-orang Muslim menjadikan Al Qur’an sebagai sandaran utama dalam  tata bahasa dalam bahasa Arab.

Bpk. Zakaria: Baiklah. Kita akan melihat lebih dekat bagaimana bahasa Arab itu. Dikatakan bahwa: “Tuhan menyatakan dalam dirimu sebuah Kalimat dari Dia.”  Sebuah Firman  كلمه  , apakah kata “kalimat (firman)” ini berjenis pria (masculine) atau wanita (feminine) dalam bahasa Arab? Kata ini masuk dalam jenis wanita (feminine) Jadi dalam bahasa Arab seharusnya ini menjadi Ismuha اسمها  dan bukan menjadi Ismuhu اسمه . Jadi gaya bahasanya seharusnya dibaca dalam bahasa Arab menjadi “Dengan demikian malaikat itu berkata kepada Mariam “Allah menyatakan pada dirimu sebuah firman dari Dia, namanya adalah, atau dalam bahasa Arab Ismuha اسمها. Isa anak Mariam ”عيسى ابن مريم   untuk membuat bahasanya dalam bentuk yang benar.
Tapi masalahnya disini bukan ada di Al Qur’an. Dikatakan dalam bahasa Arab: Bikalimatin بكلمة –dalam bentuk wanita (feminine)- Ismhuhu اسمه –dalam bentuk pria (masculine) – Nama-Nya adalah Isa anak dari Mariam.”
Orang boleh memperdebatkan  bahwa kata ganti bentuk pria dalam Ismuhu اسمه adalah mengacu pada Isa tapi setiap orang tahu bahwa sebuah kata ganti  mengacu pada kata benda yang ada sebelumnya, bukan kata benda yang ada setelahnya. Jadi apakah kesimpulan kita dari situ? Bahwa Firman dari Allah ini bukanlah sebuah  firman manusia biasa; ini adalah bentuk kata pria (maskulin); jadi ini pastilah Firman Tuhan – seseorang- kepandaian dari Tuhan yang telah pernah kita bahas. Mari kita sekarang kembali pada bahasa aslinya. Di Yunani, dalam bahasa Yunani, dalam kata Yunani “Logos”  dan logos yang dalam bahasa Arab adalah kalima yang telah diterjemahkan, artinya: pikiran dari Allah, yang menjelaskannya sendiri dalam bentuk sebuah firman.

Oleh karena itu telah dituliskan disini  dalam bentuk pria / maskulin, karena kata “pandai” atau “kepandaiannya Tuhan, pikirannya Tuhan” pastilah berjenis pria /maskulin. Oleh karena itu tidak dikatakan , “Bikalimatin Ismuha بكلمة اسمها – kata gantinya dalam bentuk pria bukan kata ganti untuk wanita, kata dia  dalam bentuk pria.
Ini adalah pikirannya Allah yang terlihat dalah diri Isa. Sekali lagi, di dalam buku yang berjudul  Fusus Al- Hikamفصوص الحكم yang dikarang oleh Sheikh Mohyi Addin Al-Araby الشيخ محى الدين العربى, dalam bagian yang ke-2 atau di volume 2 di halaman 35 mengatakan tentang Firman ini: Firman ini – pernyataan yang luar biasa – adalah merupakan transfigure dari Allah.”  Semuanya ada disana menunggu seseorang untuk membaca dan mengerti. Alkitab menganjurkan pada kita untuk mencari kitab-kitab, meneliti buku-buku, karena buku-buku itulah yang akan bersaksi tentang Isa. Tapi masalahnya adalah bahwa hanya ada sedikit orang muslim saja yang membaca. Mereka tidak tidak mau membaca atau juga mengerti dan mereka hanya mengambil sebagai mana yang mereka lihat atau dengar. Padahal kita ingin mereka memiliki mental baru di abad 21, seseorang yang berpikir untuk mengkaji hal-hal untuk dirinya sendiri.  
Hal ini sudah ditulis di abad ke-7 dan ke-8 setelah masehi, dan mereka telah menulis  tentang hal-hal itu. Apakah mereka lebih baik dari kita, siapa yang hidup di abad 21?  Namanya sekali lagi adalah Sheikh Mohyi Addin Al-Arabyمحى الدين العربى   dalam bukunya “Fusus Al- Hikamفصوص الحكم di volume 2 halaman 35 dan mengatakan bahwa: Firman itu adalah merupakan  bentuk perubahan / transfigure dari Allah sendiri dan ini sama seperti Ke-Allah-an dan bukan yang lainnya.” Sheikh Mohyi Addin Al-Araby terkenal sebagai seorang pengarang buku. Di dalam buku yang sama di halaman 13 kami menemukan sesuatu yang lain.  

Pembawa Acara: Dan kita masih sedang membicarakan  tentang Firman dan sedang mencoba untuk menjelaskan siapakah Firman Tuhan itu?

Bpk. Zakaria: Sebagai suatu pribadi dalam Tritunggal. Firman Allah, pikirannya Allah.  Mohyi Addin Al-Araby dalam bukunya beliau mengatakan: Firman itu adalah Allah sendiri.

Pembawa acara: Dia menuliskan tentang hal  ini dengan sangat singkat.

Bpk. Zakaria: Kalau Firman itu adalah Allah sendiri, ini artinya Firnan itu adalah Allah. Tidakkah seperti itu tepatnya?  

Pembawa Acara: betul sekali

Bpk. Zakaria: Apakah yang orang Nasrani bilang? Bahwa “Pada mulanya adalah….”

Pembawa acara: Ya.

Bpk. Zakaria: “Pada mulanya adalah Firman, dan Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” Semua itu adalah hal yang sama. Bahkan dalam bahasa Arab kita katakan, “Firman itu adalah – kita menggunakan dalam jenis maskulin dan bukan feminin. Jadi kita memang tidak sedang membicarakan tentang firman dari seorang pribadi yang biasa saja, kita sedang membicarakan tentang seorang Pribadi disini atau tentang pikirannya Tuhan.
Jadi sekarang, kita memiliki Allah. Kita memiliki Firman yang adalah Kepandaiannya Allah sendiri, pikirannya Tuhan; dan sekarang tinggal hal mengenai Ruhul Qudus yang harus kita bahas.
Apakah Ruhul Qudus itu adalah Allah? Mari kita periksa pertanyaan ini? Kita baca dalam Surat 2 ayat 87 dan ayat yang sama diulangi di ayat 253. Dikatakan disini: “telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran kepada ‘Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus. dan sekali lagi dalam Surat 5 ayat 110 yang mengatakan “Lalu Allah mengatakan: “ Hai ‘Isa putra Maryam, ingatlah ni’mat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan Ruhul Qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia diwaktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa.

Pembawa acara: Saya mempunyai sedikit keberatan di sini Pak Bpk. Zakaria. Saudara-saudara kita yng beragama Islam mengatakan bahwa Ruhul Qudus yang dimaksud disini adalah sama dengan yang menolong Muhammad dengan memberikan padanya Al Qur’an ini. Kami ingin menjelaskan perbedaannya disini. Pertolongan yang dimaksud disini adalah bahwa Muhammad adalah pembawa pesannya Tuhan dan Dia mengirim Al Qur’an ini ke bumi untuk Muhammad. Ini perbedaan yang sangat besar.

Bpk. Zakaria: Pada kenyataanya adalah bahwa di dalam Al Qur’an, yang dimaksud adalah malaikat Jibril

Pembawa acara : yang ditafsirkan sebagai Ruhul Qudus.

Bpk. Zakaria: Ditafsirkan sebagai Ruhul Qudus yang datang dari Tuhan. Tapi dalam Al Qur’an juga Ruhul Qudus yang sesungguhnya ditafsirkan sebagai  Roh Tuhan itu sendiri. Seperti kesaksian yang saya ambil dari Sheikh Mohamed Al Hariry Al Bayyumy شيخ محمد الحريرى البيومى  dalam bukunya yang berjudul “The spirit and its identity”  di halaman 53. Di halaman ini beliau berkata: “Ruhul Qudus itu adalah Roh Allah sendiri. ”

Pembawa Acara: Siapa tadi namanya pak?

Bpk. Zakaria: Dalam bahasa Arab disebut dengan “Arruhu Wa Mahiyyatuha” الروح وماهيتها ada di halaman 53 yang ditulis oleh Sheikh Mohamed Al Hariry Al Bayyumy. Al Qur’an juga telah memperingatkan orang-orang untuk tidak berkata kebohongan baik tentang Allah mau pun tentang Ruhul Qudusnya. Jadi Roh yang dimaksud disini pastilah Roh Allah, karena kita tidak dapat  memahami Allah tanpa adanya Roh. Dan kalau kita menuntut bahwa Ruhul Qudus itu adalah malaikat Jibril, bagaimana dengan Tuhan, apakah Allah memiliki roh atau tidak? Apakah Dia hidup atau tidak?

Pembawa Acara: Dan malaikat ini juga adalah ciptaan Allah. Bagaimana kita dapat  menyebut suatu ciptaan Tuhan sebagai Roh Allah? Tidaklah masuk akal . 

Bpk. Zakaria: Bukan begitu, orang-orang Islam memandang hal ini dalam cara yang berbeda. Mereka mengatakan bahwa Ruhul Qudus -  atau tepatnya roh kesucian – artinya adalah roh yang datang dari kekudusan yang adalah Allah sendiri, dinamakah roh yang diutus oleh Allah yang suci. Tapi hal ini tidaklah bertentangan dengan kenyataan bahwa Tuhan memiliki Roh. Dan tidaklah mungkin bahwa malaikat Jibril itu adalah Rohnya Allah; Tuhan haruslah memiliki roh  karena Tuhan memiliki kehidupan yang merupakan sifat pribadi Allah yang melekat secara alami, karena Dia hidup melalui Roh-Nya itu.

Pembawa Acara: Lalu apa maksudnya saat  Al Qur’an mengatakan dalam Surat  Miriam “Kami telah mengirimkan padanya roh kami .”?  Kalau begitu inilah  Roh Allah itu. Dia tidak mengatakan roh yang aku ciptakan,  Dia mengatakan Roh  kami, jadi kalau begitu ada perbedaan antara keduanya.

Bpk. Zakaria: Kita ingin melihat hal itu dari sudut pandang orang Muslim. Jadi mereka tidak akan mengatakan bahwa kita menterjemahkan hal-hal itu dengan cara yang kita suka. Mereka mengkaji ayat: “Kami telah mengirimkan padanya Roh Kami seperti roh yang dari kita” dan mereka menterjemahkan kelanjutan dari ayat tersebut dengan:  bahwa seorang malaikat muncul padanya dalam wujud seorang manusia. Itu adalah sebuah perkiraan. Saya bukannya tidak setuju dengan mereka tentang hal ini. Tapi penjelasan saya  ingin agar hal ini dapat menjadi wajar dan bicara secara masuk akal, saya tanya: Apakah Allah memiliki roh atau tidak? Kita kesampingkan Jibril ini sekarang.  Apakah Allah itu tanpa Roh?

Pembawa acara: Tentu saja tidak

Bpk. Zakaria: Tentu saja tidak. Baiklah. Roh ini, apakah kudus atau  tidak? Bukankah Dia Dia yang suci?

Pembawa acara: Pasti ya, Allah itu adalah Kudus.

Bpk. Zakaria: Dan “Kudus” adalah salah satu sebutan buat Allah, artinya Roh-Nya juga adalah Kudus. Roh yang Kudus, jadi inilah Tritunggal yang kita percayai  - Bapa – yang adalah sumber kehidupan – Firman /Anak – yang merupakan kepandaiannya Allah yang berwujud dalam bentuk manusia dan Allah tidak dapat dipisahkan dari kepandaian-Nya – dan Roh Allah yang hidup dan  pemberi  kehidupan. Semuanya itu saling berhubungan dengan  baik; dan kita tidak dapat memisahkannya satu dengan yang lainnya. Hal yang sama juga bahwa anda tidak dapat memisahkan pikiran atau otak seseorang dari tubuhnya atau rohnya, dia adalah satu kesatuan.

Pembawa acara: Hal ini membawa kita pada pertanyaan yang kedua, Pak Pendeta. Pertanyaannya adalah: tidakkah penamaan Tritunggal sangatlah janggal? Apakah sesungguhnya maksud dari Tritunggal itu?
Kita akan memulai yang pertama dengan yang ini: Apa maksud dari sebutan “Bapak” ?

Bpk. Zakaria: Maksud dari sebutan Bapak. Maksud anda Bapak, Anak dan Ruhul Qudus?

Pembawa acara: Ya. Maksud dari sebutan Bapak

Bpk. Zakaria: Baiklah, mari kita mulai mengartikan kata Bapak atau Bapa. Sejujurnya kata  “Bapak/Bapa” memiliki banyak arti. Secara bahasa kata ini memiliki banyak arti. Salah satu artinya adalah, seorang bapak adalah sebuah simbol, sebuah arti kiasan; seorang bapak tidak harus menikah atau melahirkan anak  untuk  bisa dipanggil bapak. Sebuah arti secara kiasan. Sebagai contoh, kalau kita mengatakan bapak dari mahluk hidup, bapak dari segala ciptaan, maksud dari kata  “bapak” disini  adalah merupakan simbol dari semua ciptaan, ini bukan berarti bahwa Tuhan menikah lalu  melahirkan seorang manusia. Disini digunakan secara kiasan . Oleh karena itu Rasul Paulus mengatakan dalam kitab suci “Kita hanya memiliki satu  Allah, yaitu Bapa,  dari mana semua mahluk berasal, dan kita semua ini adalah milikNya.” Jadi Dia adalah Bapa , yang dalam hal ini adalah sang Pencipta. Juga secara simbol orang dapat mengatakan bapak dari kebaikan, bapak dari segala berkat. Maksudnya adalah bukan karena seseorang kawin dan kemudian  menghasilkan seorang anak  dan menamainya berkat. Ini adalah hanya merupakan sebuah  gambaran dalam bahasa. Manksudnya adalah sumber dari segala kebaikan atau sumber dari segala berkat. Ini hanyalah merupakan salah satu artinya.  Arti yang lainnya adalah arti yang secara resmi. Contohnya, bila seseorang mengadopsi seorang orang kecil. Muhammad mengadopsi Zayd, khan?

Pembawa acara : Benar.

Bpk. Zakaria: Sejarahnya Zayd ini diadopsi oleh Muhammad dan dipanggil dengan namanya itu.

Pembawa acara : Dia dipanggil Zayd anak dari Muhammad dan bukan Zayd anak dari Haritha.

Bpk. Zakaria: Bukannya dipanggil dengan  Zayd Bin Haritha tapi Dia dipanggil dengan  Zayd Ebn Muhammad, karena diangkat menjadi anak.  Kemudian hari dia batal untuk diadopsi. Tapi ini bukanlah dasara pembicaraan kita hari ini. Tapi adopsi tadi, apakah kemudian anak ini menjadi anak lahiriahnya Muhammad? Bukan. Tapi Muhammad telah mengangkatnya menjadi anak. Hingga membuat Muhammad menjadi bapaknya secara syah sebelum pengadopsian / pengangkatan itu dibatalkan dalam Islam? Betul bukan? Oleh karena itu kita berkata dalam Alkitab “Kamu telah menerima Roh hikmat yang kamu minta”

Pembawa acara: “Abba, Bapa.” 

Bpk. Zakaria: “Abba, Bapa.” Oh, Allah Bapa kami – Roh pemberi hikmat pada kami. Ini adalah artinya yang resmi. Ada juga yang arti yang paling dasar dari kata bapak ini. Dalam hal ini kita katakan: cahaya itu dilahirkan oleh kobaran api. Bagaimana mungkin!!! Apakah karena api kawin dengan kayu bakar lalu melahirkan cahaya? Tidak mungkin khan? Kita tidak dapat mengartikan segala hal dengan harafiah.  Ada juga yang artinya secara kiasan. Hal ini kita sebut dengan simile / kiasan. Tapi ada arti yang sesungguhnya di dalamnya.  Api  sama dengan cahaya contohnya .  Tapi berbeda dalam hal kecepatannya. Kecepatan dari  kobaran api adalah lambat. Tapi cahaya yang keluar dari api ini jauh lebih cepat, hingga ini menjadi cahaya  bagi semua orang. Jadi disini kita memiliki arti kiasan dari kata “bapak”.  Saat  saya  mengatakan  bahwa api adalah bapak dari cahaya bukan artinya bahwa ada perkawian dan kelahiran secara fisik. Api melahirkan cahaya, maksudnya disini adalah menghasilkan. Begitu bukan?

Pembawa acara: Kebapakan disini sangat berbeda sekali dengan keadaan pada umumnya, secara fisik hal ini dapat diterima sepenuhnya.

Bpk. Zakaria: Ada lagi maksud yang lainnya, kita telah bahas mengenai arti secara kiasan, arti secara resmi dan arti yang mendasar di dalamnya. Tapi juga ada arti secara  rohani.

Pembawa Acara: Dan ini adalah yang paling penting.

Bpk. Zakaria: Hal ini adalah yang paling penting. Isa adalah Anak Allah yang mempunyai sifat ketuhanan yang lahir dan tidak melalui tahap reproduksi. Alkitab mengatakan dalam Injil Yahya ayat 13 bahwa: Barangsiapa yang lahir dari Allah – ini pasti adalah kelahiran secara rohani – lahir dari Allah.” “Isa telah dilahirkan dari Allah sebelum segala abad.” Ini adalah kelahiran yang sangat  khusus. Hal yang sama bahwa cahaya dilahirkan dari nyala api. Keallahan yang tinggal dalam diri Isa dan telah memberikan cahaya. Dia tinggal dalam diri Isa. Jadi inilah arti dari bapak, tidak ada hubungannya dengan reproduksi, tidak ada hubungan seks dan tidak ada yang lain.

Pembawa acara: Sekarang kita masuk dalam arti yang kedua, dan kami akan menjelaskan pada anda  arti dari  kata Anak / Putera.

Bpk. Zakaria : Maksud dari kata Anak

Pembawa acara: Anak laki-laki /putera

Bpk. Zakaria:  Benar. Hal ini yang menjadi masalah bagi orang-orang Muslim.

Pembawa acara: Benar sekali. Ke-anak-an

Bpk. Zakaria: Bagaimana bisa seorang anak? Dan bagaimanakah dia dilahirkan, dan lain sebagainya. Saya katakan bahwa konsep dari kata “anak” dalam bahasa-bahasa telah diketahui. Kita menggunakan kata “anak” ini dalam bermacam-macam cara. Kita katakan putera bangsa.

Pembawa acara: Anak dari sungai  Nil.

Bpk. Zakaria: Anak dari sungai Nil, anak dari padang gurun, anak dari Mesir. Apakah maksudnya adalah Mesir kawin dengan negara itu dan melahirkan seorang anak? Atau apakah sungai Nil kawin dengan daratan dan melahirkan seorang anak? Tentu saja tidak. Dapatkah padang gurun kawin dengan hutan belantara, ini hanya contoh saja, dan melahirkan seorang anak? Tidak mungkin. Jadi inilah arti yang pertama dari kata anak.
Bahkan di Al Qur’an sendiri kata ”anak” telah dipakai dalam suatu hal yang tidak melibatkan reproduksi  secara hubungan  fisik.

Pembawa acara: dimanakah itu?

Bpk. Zakaria: Hal ini ada di Surat 2 “Al Baqarah” ayat 215.

Pembawa acara: Sekali lagi, Surat 2 ayat 215; jadi teman-teman kita dapat merujuk ke bacaan itu

Bpk. Zakaria: Dikatakan “Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan musafir….

Pembawa acara: para musafir.”

Bpk. Zakaria: Para musafir dalam bahasa  Arab disebut dengan “Anak jalanan.” Anak jalanan ini, berasal dari manakah mereka? Apakah karena jalan besar kawin dengan jalan kecil kemudian  melahirkan seorang anak dan kita kita sebaiknya memberikan uang padanya dan memberikan padanya zakat fitrah? Bukan. Al Qur’an sendiri.....

Pembawa acara: bersaksi tentang ke-anak-an yang lain yang dibahas dari sisi tubuh jasamani.

Bpk. Zakaria: Ke-anak-an  bukanlah  merupakan hasil dari hubungan fisik atau reproduksi. Kenapa kemudian kita dipersalahkan saat kita menggunakan kata kiasan yang sama? Imam Al Nassafi النسفى memberikan komentar tentang hal ini. Beliau mengatakan,”Seorang musafir disebut anak jalanan karena dia ada hubunganya dengan jalan-jalan; karena musafir ini hidup di jalan, oleh karena itu dia diebut dengan anak jalanan. ” Ini adalah komentar dari Al Nassafi,  bagian 1 halaman 86.  Ada tradisi ke-allah-an yang juga berbicara tentang ke-anak-an. Dikatakan disini “Orang kaya adalah pelayanku dan orang miskin adalah orang kecil yang menjadi tanggunganku - atau anak-anak. Kata itu dapat diterjemahkan: orang-orang kecil, keluarga, atau anak-anak. Apakah Allah telah melahirkan mereka? Begitu kan?

Pembawa acara: Ya, benar.

Bpk. Zakaria: Ini tidaklah terlalu sempit, penterjemahan secara fisik. Ada beberapa arti yang lainnya.

Pembawa acara: Bagian yang terakhir, pak pendeta  tentang Ruhul Qudus.

Bpk. Zakaria: Ruhul Qudus

Pembawa acara:  Seperti yang telah dijelaskan tentang Bapak dan Anak, sekarang tibalah kita pada hal tentang Ruhul Qudus

Bpk. Zakaria : Dalam Surat Yusuf 12, ayat 87.  Surat 12 ayat ke- 87   “Janganlah kamu berputus asa dari Rahmat  Allah – dalam bahasa Arab ini artinya adalah Rohnya Allah – Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat (roh ) Allah.” Jadi jangalahlah menjadi putus asa akan Rohnya Allah. Kalau begitu ini bukanlah malaikat Jibril.

Pembawa acara: Ini adalah Roh Allah. Hal ini sangatlah jelas.

Bpk. Zakaria: Janganlah menjadi putus asa akan Rohnya Allah, hanya orang –orang yang tidak percaya saja yang hilang harapan akan Roh Allah. Juga dalam Surat 2 “Al Baqarah”  ayat  87 dan 253 mengatakan “telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran kepada ‘Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus.” Juga di dalam Surat 5 Al Maidah “Kami telah menolong-Mu bersama-sama dengan Ruhul Qudus.” Sheikh Abdul Karim Al-Jabalyشيخ عبد الكريم الجبلى  mengatakan hal berikut ini tentang Ruhul Qudus: Bahwa Ruhul Qudus tidaklah diciptakan dan karena tidak diciptakan maka pastilah kekal.  Dan yang kekal itu adalah Allah dan tidak ada yang lainnya. Hal ini telah dituliskan di dalam majalah dari Fakultas Seni  di Kairo tahun 1934.

Pembawa acara: Kami berharap bahwa artinya saat ini telah dimengerti oleh saudara-saudara  kita yang beragama Islam. Dan kami sangat berterima kasih untuk semua yang telah anda lakukan. Semoga Tuhan memberkati anda dan memberkati pelayanan anda, dan memakai pelayanan anda untuk kemuliaan nama-Nya. Amen.

Bpk. Zakaria: Amin.

Pembawa acara: Teman-temanku dalam Islam dimanapun anda berada, kirimkan pertanyan-pertanyaan anda. Yakinlah bahwa kami akan memberikan perhatian penuh pada itu semua. Alamat kami akan terlihat di layar kaca anda pada akhir acara ini. Silahkan kirimkan pertanyaan anda. Dan bagi siapa saja yang ingin membaca kitab suci, surati kami dan kami akan mengirimkan kepada saudara secara gratis, atau buku-buku Kristen lainnya. Terima kasih dan sampai jumpa lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar